Bagi Samir Nasri, keimanan tidak perlu disembunyikan di tengah
lapangan hijau. Setidaknya, dia membuktikan hal itu saat bermain di
liga Inggris terkenal glamor.
Pemain 25 tahun ini dibesarkan di
Kota La Gavotte Peyret, bagian dari daerah Septemes-les-Vallons,
sebelah utara Marseille, Prancis. Dia adalah keturunan Aljazair dan
anak tertua dari empat bersaudara.
Ibunda Nasri, Ouasilla Ben
Said, adalah ibu rumah tangga. sang ayah, Abdelhafid Nasri, dulunya
sopir bus sebelum memutuskan menjadi manajer anaknya. Kakek Nasri
adalah warga Aljazair lalu pindah dan menetap di Prancis. Sejak kecil,
orang tua mendidik Nasri dan ketiga adiknya dengan nilai-nilai Islam.
Mereka hidup sederhana. Maklum pendapatan bapaknya tidak besar.
Kelihaian
Nasri ditemukan oleh pencari bakat Freddy Assolen. Dia mengatur dan
memboyong lelaki ramping ikut kompetisi sepak bola anak-anak melawan
akademi klub A.C. Milan dan Juventus. Dasar mujur, sepulang dari ajang
itu, klub sepakbola Prancis, Marseille, menawarkan beasiswa pelatihan
kepada dia. Sewaktu mulai bermain sepak bola, dia menggunakan nama
belakang ibunya, Ben Said. Tetapi setelah terpilih dalam tim nasional
Prancis usia di bawah 16 tahun, dia memakai marga ayahnya, Nasri.
Sejak
itu, bakat Nasri mulai dipoles. Dia mulai meningkatkan kemampuan dari
teknik sepak bola jalanan ke keterampilan tingkat tinggi. Di menyerap
pelajaran dengan cepat dan mengesankan pelatihnya. "Dia dapat melakukan
apapun dengan bola. Cara dia membawa bola dan operannya sangat baik.
Tendangan kaki kiri dan kanannya sama-sama bagus," kata Freddy Assolen.
Beberapa pihak menilai dia layak menjadi penerus Zinedine Zidane.
Meski
begitu, buat Nasri agama lebih penting dari sepak bola. Salat lima
waktu tidak pernah dia tinggalkan. Gelandang serang ini selalu
menadahkan kedua telapak tangan seraya membaca Surat Al-Fatihah sambil
menundukkan kepala sebelum peluit ditiup sebagai tanda pertandingan
dimulai. Dia tidak malu memperlihatkan identitasnya sebagai muslim.
Kekasih
petenis Tatiana Golovin itu tetap melaksanakan puasa di bulan Ramadhan
meski harus berlaga di lapangan hijau selama 90 menit.
Prinsip
itu tetap dia pegang kuat saat bermain di Liga Premier Inggris. Sewaktu
bermain buat klub Arsenal mulai 2008 sampai 2011, Nasri tidak menemukan
hambatan buat beribadah. Tetapi dia mengakui jika bertanding di bulan
Ramadhan sambil berpuasa adalah tantangan berat. Beberapa pemain sepak
bola muslim lain memilih tidak berpuasa saat berlaga dan mengganti di
hari lain.
Saat Manchester City menjadi juara Liga primer
Inggris 2011-2012, Nasri merayakan kemenangan dengan melafalkan kalimat
Allahu Akbar dua kali dan mengucap syukur. "Kemenangan ini sangat
spesial, Allahu Akbar. Terima kasih atas dukungan semua pihak. Tetap
jaga keimanan, Allahu Akbar," kata Nasri dalam rekaman video wawancara
dengan stasiun televisi Al Arabiya dan diunggah di situs Youtube.
Kini,
Nasri beserta orang tua dan adik-adiknya hidup berkecukupan. Dengan
fulus melimpah, ia bisa memebli kesenangan dunia. Semoga saja gemerlap
Liga Inggris tidak melunturkan keimanannya.
Biodata
Nama : Samir Nasri
Tempat/Tanggal Lahir: Marseille (Prancis), 26 Juni 1987
Posisi : Gelandang serang
Karir
Klub
2004-2008: Marseille (121 laga, 11 gol)
2008-2011: Arsenal (86 laga, 13 gol)
2011-sekarang: Manchester City (30 laga, 5 gol)
Tim Nasional
2002-2003: Tim nasional Prancis U-16 (16 laga, 8 gol)
2003-2004: Tim nasional Prancis U-17 (16 laga, 6 gol)
2004-2005: Tim nasional Prancis U-18 (4 laga, 0 gol)
2005-2006: Tim nasional Prancis U-19 (10 laga, 5 gol)
2006-2007: Tim nasional Prancis U-21 (4 laga, 0 gol)
2007-sekarang: Tim nasional senior (31 laga, 3 gol)
Prestasi : Juara Liga Inggris 2011-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar